LOKALITAS KREATIF CAH BANTUL ANTI MACET
Nama : Ibnu Rafli
Nim : 1181107030012
Kelas : Ilmu Komunikasi A 2018
Dosen : Rama Kertamukti, S.Sos., M.Sn.
SUMMARY
NGOBROL LIVE IG RAMA KERTAMUKTI BERSAMA YOIGE BARTHOLOMAEUS (LOKALITAS KREATIF
CAH BANTUL ANTI MACET)
sumber: http://www.jogjaspace.com/wp-content/uploads/2017/09/peta-wisata-jogja.jpg |
Bantul adalah salah satu daerah kabupaten yang berada di DIY Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya bernama Bantul. Pada Tahun 2018 jumlah penduduk kabupaten Bantul terhitung sebanyak ±1 juta jiwa. Kabupaten Bantul sendiri memiliki motto Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah utara, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat.
Bantul sendiri memiliki kebudayaan yang banyak,
sehingga membuat banyak wisatawan berduyun-duyun pergi kebantul untuk menikmati
wisata budaya yang ada disana terutama dibagian produk oleh-oleh yang khas. Akan
tetapi, semenjak pandemic COVID-19 menyebar, membuat Bantul yang dulu ramai
wisatawan mulai sepi. Wisatawan mulai banyak kembali ke kampung halamannya dan
berdiam diri dirumah saja. Hal ini tentu saja membuat pemasukan masyarakat daerah
Bantul berkurang dan mengganti sistemnya menjadi pasar digital untuk tetap mempertahankan
kondisi ekonominya. Hal ini menjadi suatu kesempatan bagi orang-orang yang
memiliki kemampuan dibidang kreatif untuk memasarkan produk oleh-oleh khas Bantul
tersebut. Hal inilah yang kemudian dibahas dalam Live IG yang berjudul lokalitas
kreatif Bantul dibawakan oleh bapak Rama Kertamukti dan narasumbernya
Mas Yogie pada tanggal 13 Mei 2020 yang lalu.
Dengan memiliki kemampuan dalam bidang kreatif digital, semua orang dapat menghasilkan profit dari hasil kemampuannya dimasa sekarang ini. Hal ini merupakan kesempatan bagi orang-orang kreatif digital untuk membantu memasarkan produk khas Bantul supaya tetap eksis dan memberikan warna baru pada dunia pemasaran produk Bantul. Adapun produk lokal khas Bantul yang telah dibangun sejak tahun 90-an yaitu Dagadu
Sumber: https://media.suara.com/pictures/970x544/2016/12/11/o_1b3l8m2uh1dgt15p51b6uknv11rqa.jpg |
Dagadu adalah sebuah merek dagang berupa suatu
rancangan grafis yang dibuat pada cenderamata, terutama baju atau kaos,
gantungan kunci, gambar tempel (stiker) dan lain-lain. Merek Dagadu merupakan
milik sebuah perusahaan yang bernama PT. Aseli Dagadu Djokdja yang berkedudukan
di Yogyakarta. Selain Dagadu, ada juga UMKM lain yang juga menghasilkan produk
khas lokal seperti gerabah. Tempat destinasi wisata seperti pantai, jalan
malioboro, alun-alun kota Yogya, dan makam-makam raja bahkan dijadikan sebagai
bahan pengaplikasian media menggunakan produk atau tempat-tempat lokal di Bantul.
Tetapi permasalahan lain yang juga harus dihadapi
brand lokal ini adalah kurang sadar dan kurang diminati oleh masyarakat karena
dianggap kurang bergengsi. Terlebih lagi orang-orang yang padai dalam kreatif
digital hanya tertarik dengan brand-brand besar dan sudah terkenal supaya
mendapat profit yang lebih besar
ketimbang membesarkan brand lokal yang kurang diketahui banyak orang. Hal
ini juga yang membuat lokalitas budaya sulit untuk berkembang dan dikenal oleh
orang banyak. Untuk mengembangkan brand lokal sendiri mungkin dapat dilakukan
dengan membentuk satu brand lokal yang mencakup semua produk oleh-oleh khas dari
Bantul dan kemudian dibentuk content digitalnya untuk memasarkan produk
tersebut.
Masalah lain yang harus diperhatikan adalah masyarakat
kita (Indonesia) terutama masayarakat lokal atau daerah belum siap untuk
menghadapi pasar global. Hal ini mungkin dapat terjadi karena berkaitan erat
dengan sifat lokal dan eratnya budaya sehingga uuntuk diajak untuk mengenal
konsep-konsep brand global terbilang cukup susah. Mungkin untuk pendekatan awal
kita dapat mengedukasi masyarakat lokal tentang kesadaran brand lokal yang
memiliki peluang untuk maju sebagai brand global. Hal yang terpenting adalah
mencoba untuk berkarya dengan brand lokal, masalah mendapatkan profit atau
tidaknya itu masalah belakangan. Dan itu semua bisa kita wujudkan dari sekarang
melalui media digital dan memanfaatkan kondisi pandemic COVID-19 saat ini.
Comments
Post a Comment